Animo masyarakat untuk mengembangkan karier di bidang Kepolisian RI sangat besar. Hal ini dapat dilihat setiap dibuka pendaftaran anggota Polri (baik Bintara maupun Perwira) selalu dibanjiri pendaftar dengan jumnlah yang cukup fantastis dan rata-rata mencapai 10 kali lipat dari kuota yang ditetetapkan.
Kondisi inilah yang mendorong persaingan cukup ketat diantara para peserta baik secara sehat maupun tidak sehat. Image yang terbangun dalam masyarakat khsusunya Sulawesi Selatan saat ini bahwa untuk menjadi anggota Polri sangatlah mahal yang mencapai puluhan juta rupiah bahkan ratusan juta rupiah. Hal ini terbentuk akibat dari kondisi sosial masyarakat yang merasa mampu dari segi materil dan sangat berharap untum masuk sebagai anggota Polri, sehingga rela mengeluarkan materi berapapun jumlahnya yang penting dapat masuk menjadi anggota Polri. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab (calo) dengan cara menjajikan untuk dapat masuk anggota Polri dengan cara membayar sejumlah uang.
Guna menjamin kualitas SDM Polri kedepan, Kapolri telah memerintahkan para Kapolda selaku Ketua Panitia Rekruitmen Polri di Daerah agar menjamin bahwa pelaksanaan rekruitmen Polri dilaksanakan secara profesional dan bebas KKN, sehingga perlu ditegaskan bahwa penerimaan anggota Polri dilaksanakan secara Gratis.
Guna menjabarkan perintah Kapolri tersebut, telah dilakukan perubahan-perubahan mendasar dalam proses rekruitment Polri mulai dari proses pengumuman, seleksi, pemeriksaan hasil seleksi dan pengumuman hasil seleksi secara transparan.
Menindak lanjuti perintah Kapolri, Polda Sulsel berhasil mengungkap jaringan Calo Calon Siswa Polri yang berada di Makassar dan Jakarta bernama Hj.ASMAWATI yang bertempat tinggal di Watampone, Tanetteriatang Kabupaten Bone, yang saat ini dilakukan pemeriksaan secara intensif di Bid Propam Polda Sulsel.
Modus Operandi yang dilakukan oleh Hj.ASMAWATI untuk mengelabui korbannya yaitu bahwa Ia mengenal Kapolda, para pejabat di Polda Sulsel maupun di Mabes Polri. Selanjutnya Ia meminta sejumlah uang (berkisar Rp 30 JT S/D 70 JT ) dari para Korban dengan dalih untuk diberikan kepada para pejabat Polda / Mabes.
Untuk meyakinkan para korbannya, dalam setiap pelaksanaan seleksi dan pengumuman seleksi, Ia selalu memperlihatkan dirinya di lokasi, seakan-akan telah menemui para pejabat Polda Sulsel / Mabes Polri di Jakarta. Jika diantara para korbannya ada yang secara kebetulan memang memenuhi syarat dan lulus dalam seleksi, maka Ia meminta tambahan uang dengan alasan sebagai ucapan terimakasih.
Dengan kasus sebagaimana disampaikan tersebut diatas, dihimbau kepada seluruh masyarakat kiranya lebih waspada dan tidak terpengaruh oleh isu-isu miring berkaitan dengan penerimaan anggota Polri. Yakinlah bahwa Polri saat ini selalu berbenah diri guna menyiapkan SDM yang handal dan profesional serta menghindarkan diri dari KKN.
Diduga jaringan Calo yang berkaitan dengan penerimaan Polri tersebut ada beberapa kelompok termasuk dalam kelompok jaringan Hj.ASMAWATI belum sepenuhnya terungkap dan sampai saat ini masih dsalam penyelidikan Polda SulselBe a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile. Try it now.
1 komentar:
Posting Komentar